Kecantikan yang Tak Pernah Pudar

Padukan kecantikan rupa dan jiwa anda, maka anda akan mulia. Tiada cantik keduanya sungguh celaka. Selengkapnya di http://kembaraqolbu.wordpress.com.

Kedamaian Hati

Bila kedamaian tidak ditemukan dalam hati sendiri, tak perlu dicari di tempat lain. Selengkapnya di http://kembaraqolbu.wordpress.com.

Kosmetika Muslimah

Resep kecantikan alami wanita sholihah. Selengkapnya di http://kembaraqolbu.wordpress.com.

Hakikat Cinta

Cintailah Allah dengan sebenar-benarnya melebihi cinta anda kepada yang lain, niscaya anda akan dicintai Allah dan Makhluk-Nya. Selengkapnya di http://kembaraqolbu.wordpress.com.

Menutupi Aib Saudara

Barangsiapa menutupi cacat atau kekurangan orang lain, Allah akan menutupi kekurangannya di akhirat nanti. Selengkapnya di http://kembaraqolbu.wordpress.com.

Sunday, August 22, 2010

Ilmu Lebih Mulia Dari Pada Harta


click to create your own
Dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Membaca Al Qur’an itu amal orang-orang yang di lindungi, Shalat itu amal orang-orang yang tak berdaya, puasa itu amal orang miskin, tasbih itu amal orang perempuan, sedekah itu amal orang yang murah hati. Dan tafakkur itu amal orang yang lemah. ”Maukah Ku tunjukkan kepada kalian amal para pahlawan?” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah amal pahlawan itu?”
Beliau Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, “Mereka menuntut ilmu, karena ia adalah cahaya orang mukmin di dunia dan di akherat.

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda, “Aku adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya.”

Ketika kaum khawarij mendengar hadits di atas, mereka membenci Sayyidina Ali Kw dan berkumpullah sepuluh orang pemuka mereka. Mereka berkata,
“Kita akan menanyakan satu masalah dan melihat bagaimana Ali menjawabnya. Seandainya ia menjawab masing-masing dari kita dengan jawaban lain, tahulah kita bahwa ia orang alim sebagaimana di katakan oleh Nabi SAW.”

Seorang dari mereka datang kepada Sayyidina Ali dan bertanya, “Hai Ali mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.”
“Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
“Ilmu itu warisan para Nabi dan harta itu warisan Qarun, Syaddad, Fir’aun, dan lainnya.” jawab Sayyidina Ali. Orang itupun pergi.

Datang lagi yang lainnya, lalu bertanya seperti rekannya yang pertama. Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.”
“Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu menjagamu sedang engkau menjaga harta.” Kemudian dia juga pergi.

Datang lagi orang yang ketiga, sambil bertanya apa yang di tanyakan teman sebelumnya. Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.” “Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
Sayyidina Ali menjawab, “Pemilik harta mempunyai banyak musuh dan pemilik ilmu mempunyai banyak teman.” Orang ketiga pergi.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab, “Apabila kau belanjakan hartamu, ia akan berkurang dan jika kau amalkan ilmu mu ia akan bertambah.” Kemudian pergilah orang itu.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Pemilik harta bisa di panggil si pelit dan menjadi hina, sedangkan pemilik ilmu di panggil dengan sebutan agung dan mulia.” Orang tersebut kemudian pergi.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab, “Pemilik harta akan di hisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat.”

Datang lagi orang yang lainnya, lalu bertanya sebagaimana teman-teman sebelumnya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Harta itu makin lama di diamkan makin bertambah usang, sedangkan ilmu tidak bisa lapuk dan usang.”

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Harta bisa membuat hati menjadi keras, sedang ilmu itu menerangi hati.”

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Pemilik harta di katakan sebagai pemilik dengan sebab harta, sedangkan orang yang berilmu mengaku sebagai Hamba Allah.”

“Andaikata mereka bertanya tentang ini, niscaya akan ku jawab dengan jawaban yang lain selama aku masih hidup.” Sayyidina Ali berujar.

Kemudian datanglah semua orang yang mengajukan pertanyaan tadi lalu mereka menyerah dan mengakui kealiman Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib Karramallahu Wajhah..

Sumber Kitab Mawa’idul Usfuriyah. Karya Asy Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al Usfuri.

READ MORE - Ilmu Lebih Mulia Dari Pada Harta

Rumah Adalah Nikmat


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal." (An-Nahl : 80)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan kesempurnaan nikmatNya atas hambaNya, dengan apa yang Dia jadikan bagi mereka rumah-rumah yang merupakan tempat tinggal mereka. Mereka kembali kepadanya, berlindung dan memanfaatkannya dengan berbagai macam manfaat"
Rumah Adalah Nikmat
Banyak sekali kegunaan rumah bagi seseorang. Ia adalah tempat makan, tidur, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga, isteri dan anak-anak, juga tempat melakukan kegiatan yang paling pribadi dari masing-masing anggota keluarga. Allah berfirman :
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu". (Al-Ahzab :33)
Jika kita renungkan keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah, yakni orang-orang yang hidup di pengasingan, di emper-emper jalan serta para pengungsi yang terusir di perkemahan-perkemahan sementara, niscaya kita memahami benar nikmatnya ada di rumah.
Tentu kita akan terenyuh dan haru mendengar orang misalnya dia mengatakan : "Saya tidak punya tempat tinggal tetap, terkadang saya tidur di rumah si Fulan, terkadang di kedai kopi, kebun atau di pantai, lemari bajuku ada di dalam mobil."Dengan demikian kitapun akan memahami makna keberserakan karena tidak memiliki tempat tinggal atau rumah.
Ketika Allah menyiksa orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Allah mengambil dari mereka nikmat rumah ini, Allah mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Allah berfirman :
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung pada saat pengusiran pertama kali."(Al-Hasyr:2)
Kemudian firmanNya :
"Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan". (Al-Hasyr : 2)

Yang Mendorong Seorang Muslim Memperhatikan ISHLAH (Perbaikan) Rumahnya
1. Menjaga diri dan keluarga dari api Neraka jahannam dan selamat dari siksa yang menyala-nyala.
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".(At-Tahrim : 6)

2. Besarnya tanggung jawab yang dibebankan terhadap pemimpin rumah di hadapan Allah pada hari perhitungan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Sesungguhnya Allah Ta'ala akan meminta pertanggung jawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya".
Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An-Nasa'i dalam Isyratun Nisaa', hadits no 292 dan Ibnu Hibban dari Anas dalam Shahihul Jami' , no.1775; As-Silsilah Ash- Shahihah no.1636.
Rumah adalah tempat menjaga diri dan keselamatan dari berbagai kejahatan dan menolak dari bahaya manusia lain; rumah adalah tempat perlindungan ketika terjadi fitnah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Beruntunglah orang yang menguasai lisannya dan lapang rumahnya serta menangis atas kesalahannya."
Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jamul Ausath dari Tsauban dan terdapat dalam Shahihul Jami', no.3824.
Dan beliau bersabda :

"Lima hal yang barangsiapa mengerjakan salah satu daripadanya maka ia akan mendapat jaminan dari Allah. Yaitu : orang yang menjenguk orang sakit, orang yang pergi berperang, atau orang yang masuk kepada pemimpinnya dengan maksud menegurnya atau mengingatkannya, atau ia duduk di rumahnya sehingga orang-orang selamat dari (ganggguan)nya dan ia selamat dari (gangguan) mereka.
Hadits riwayat Ahmad (5/241)


"Keselamatan seseorang dalam fitnah yaitu ia senantiasa mendiami rumahnya."
Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Musnadul Firdaus dari Abu Musa; terdapat dalam Shahihul jami' no.3543, dan lafazh dalam Sunan oleh Ibnu Abi 'Ashim, no.1021. Dalam takhrij ia mengatakan : "Hadits ini shahih ".
Orang muslim akan merasakan faedah ini ketika ia dalam keadaan terasing, saat ia tidak bisa mengubah kemungkaran-kemungkaran yang ada, maka dia memiliki tempat berlindung ketika kembali ke rumahnya. Rumah itu akan menjaga dirinya dari perbuatan dan pandangan yang dilarang, menjaga isterinya dari tabarruj (pamer kecantikan dan hiasan) serta menjaga anak-anaknya dari teman-teman yang jahat.

1. Sesungguhnya sebagian besar manusia menggunakan waktunya di dalam rumah, terutama pada musim panas dan dingin yang menyengat, pada musim hujan, permulaan dan akhir siang, ketika selesai dari kerja atau sekolah, karena waktu-waktu tersebut semestinya digunakan dalam ketaatan, jika tidak tentu akan habis untuk melakukan hal-hal yang dilarang.

2. Ini yang terpenting, bahwa perhatian terhadap rumah merupakan sarana yang paling besar untuk membangun masyarakat muslim. Karena sebuah masyarakat ini terdiri dari rumah-rumah. Rumah-rumah adalah unsur dasar suatu masyarakat. Rumah-rumah itu membentuk suatu perkampungan dan perkampungan-perkampungan itu adalah masyarakat. Jika unsur dasarnya baik, niscaya akan kuatlah masyarakat kita dengan hukum-hukum Allah, tegar dalam menghadapi musuh-musuh Allah, memancarkan kebaikan dan tidak menimbulkan kejahatan.
Dari sebuah rumah yang Islami akan lahir penopang-penopang perbaikan bagi masyarakat, berupa da'i-da'i teladan, penuntut ilmu, mujahid yang sesungguhnya, isteri shalihah, ibu pendidik dari unsur pembangun kebaikan lainnya.
Jika sedemikian penting problem tersebut, sementara rumah-rumah kita penuh dengan kemungkaran dan kelalaian, meremehkan dan melampaui batas, maka dari sini timbul tanda tanya besar:

APA SARANA-SARANA UNTUK MEMPERBAIKI RUMAH?
Kepada para pembaca, penulis suguhkan jawabannya, nasehat-nasehat dalam persoalan ini, mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada kita dengannya, dan mudah-mudahan Allah mengarahkan semangat putra-putri Islam untuk membawa risalah (tugas) perbaikan rumah Islami dari awal.

Nasehat ini dimaksudkan untuk dua hal, mendapatkan maslahat (kebaikan) yakni dengan amar ma'ruf atau mencegah kerusakan yakni menghilangkan kemungkaran. Semoga bermanfaat. (Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid www.alsofwah.or.id)







READ MORE - Rumah Adalah Nikmat

Wednesday, July 21, 2010

Alphabetical of Personnal Winning, A -Z yang Membawamu menuju Pemenang

Menjadi pemenang adalah sesuatu yang diidamkan oleh semua orang. Namun terkadang kita tidak tahu strategi apa yang harus kita lakukan. Padahal dalam Al Qur’an Allah telah memberikan strategi hebat menjadi seorang yang beruntung (pemenang). Sebagaimana dalam Q.S Al Jumu’ah ayat 10 :
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Q.S Al Jumu’ah : 10).
Intinya adalah kita harus bergerak dan tidak boleh diam diri. Tentu saja tidak terlepas dengan koridor hablu minnaallah dan habluminnannas. Untuk itu marilah kita memyusun strategi itu mulai dari A sampai dengan Z berikut :
A¬_ccept
Terimalah diri anda sebagaimana adanya.

B_elieve
Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.

C_are
Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.

D_irect
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.

E_arn
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.

F¬_ace

Hadapi masalah dengan benar dan yakin
G_o
Berangkatlah dari kebenaran.

H_omework

Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.

I_gnore
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda mencapai tujuan.

J_ealously

Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai kelebihan anda sendiri.

K_eep
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.

L_earn
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

M_ind
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.

N_ever

Jangan terlibat skandal, obat terlarang, dan alkohol.

O_bser
ve
Amatilah segala hal di sekeliling anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.

P_atienc
e
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda terus berusaha.

Q_uestion

Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.

R_espect

Hargai diri sendiri dan juga orang lain.

S_elf
Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.

T_ake

Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.

U_nderstand

Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan anda.

V_alue
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.

W_ork
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdo'a.

X_‘tra

Usaha lebih keras membawa keberhasilan.

Y_ou
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.

Z_ero
Usaha nol membawa hasil nol pula.

READ MORE - Alphabetical of Personnal Winning, A -Z yang Membawamu menuju Pemenang

Tuesday, June 22, 2010

Nasibah, Mujahidah Penghuni Surga

Nasibah binti Ka’ab adalah putri dari Abdulloh bin Ka'ab yang bergelar Ummu Umaroh , Beliau sosok wanita pertama yang mengangkat senjata berperang bersama Rosululloh SAW dalam perang UHUD yang telah menewaskan ribuan sahabat – sahabat Rosululloh SAW termasuk keluarga Nasibah binti Ka’ab yang semuanya gugur ikut berperang mendampingi Rosululloh saw. Ketika kaum Muslimin yang dipimpin Rosululloh saw berperang di Bukit UHUD , kala itu Nasibah binti Ka’ab sedang berada di rumah dan berkumpul dengan anggota keluarganya. Nasibah mendengar Teriakan riuh dan gema Takbir ‘Alloh huakkbar”, dan Nasibah memberitahu suaminya “Sa’id ” bahwa Rosululloh SAW dan pasukannya sedang bertempur di bukit UHUD.
Seketika itu bangkitlah Sa’id dan menyuruh istrinya mempersiapkan Kuda dan senjata untuk ikut bergabung dengan rosululloh berperang melawan tentara kafir. Bawalah Pedang ini dan jangan Pulang sampai kau memperoleh kemenangan” kata Nasibah memberi semangat suaminya yang akan berperang. Ditatap wajah istrinya dengan penuh Cinta berangkatlah Sa’id dan bergabung dengan Rosululloh saw dan Rosulpun menatap Said dengan senyuman.
Dengan gagah Said bertempur dengan pasukan kafir hingga akhirnya Said gugur ditebas pedang oleh tentara kafir. Lalu Rosululloh mengutus Sahabat untuk menemui istri Sa’id dirumah bahwa suaminya telah gugur. Berangkatlah utusan tersebut untuk menemui Nasibah bin Kaab istri Sa’id di rumah. “Assalamualaikum ” Wahai Nasibah ada Salam dari Rosululloh dan Suamimu Said telah gugur ” ,kata Utusan Rosululloh .” Innalillahi wa inna ilahi roji’un , alhamdulillah suamiku telah memperoleh kemenangan , lihatlah Wahai kedua anakku , Ayahmu telah memperoleh kemenangan , dia telah menjadi Syahid, Ibu menangis bukan karena sedih kehilangan Ayahmu Nak….tapi ibu sedih karena tidak ada yang menggantikan ayahmu untuk berjuang bersama Rosululloh . Bangkitlah Amar putra tertua Nasibah bin Kaab , Wahai ibu biar aku yang menggantikan posisi ayah untuk berjuang bersama Nabi Muhammad saw . Alhamdulillah pergilah Nak….jangan kau biarkan Rosulullloh terluka. Berangkatlah Amar bin Said bersama utusan Rosululloh dan menghadap Rosululloh SAW. Wahai Rosululloh Saya Amar putra Said akan bergabung dengan mu membela agama Alloh. Rasululloh saw memeluknya dengan haru” Engkau pemuda islam sejati dan Alloh memberkatimu. Bertempurlah Amar bin Said dengan gagahnya menghalau pasukan kafir. Hingga akhirnya Amar gugur sebagai Syahid. Datanglah utusan kembali menemui Nasibah binti Ka’ab dan mengabarkan berita gugurnya Amar putra tertua Nasibah. Meneteslah air mata Nasibah mendengar berita tersebut, melihat hal itu Ututsan Rosululloh mencoba menghiburnya . Namun Nasibah dengan Tegar mengatakan “Aku menangis bukan karena kehilangan putraku Amar , tapi siapa lagi yang aku utus untuk membantu Rosululloh saw berperang, sedangkan putra keduaku Saad masih terlalu remaja untuk ikut berperang melawan pasukan kafir ” Tiba tiba Saad putra kedua Nasibah bangkit’ Wahai ibu biar aku masih remaja izinkan aku juga membantu Rosulullloh dan akan aku buktikan bahwa aku mampu berperang seperti Ayah dan kakakku. Mendengar hal itu bukan main senangnya Nasibah binti Ka'ab, Alhamdulillah berangkatlah nak sampaikan salam ku untuk Rosululloh . Walaupun masih remaja namun kemampuan Saad untuk bertempur sangat luar biasa, banyak pasukan kafir yang tewas ditangan Saad. Bak singa mengamuk Saad mempora porandakan pertahanan pasukan kafir, hingga akhirnya sebilah anak panah menembus jantungnya dan gugurlah Saad dengan senyum kemenangan. Dan rosulullloh pun kembali mengutus sahabatnya untuk menyampaikan gugurnya Saad kerumah Nasibah . Wahai sahabat Rosul aku sudah tidak punya siapa siapa lagi , hanya tubuh renta ini yang aku miliki maka bawalah aku menemui Rosululoh untuk ikut berperang dengannya dengan lantang Nasibah mengutarakan Niatnya untuk berperang bersama Rosululloh. Menghadaplah Nasibah menemui Rosululloh untuk ikut angkat senjata bersamanya.” Wahai Nasibah belum waktunya perempuan untuk angkat senjata kata Rosululloh, untuk itu kau Rawatlah para prajurit yang terluka karena pahalanya sama dengan orang yang berperang.
Nasibah turut berjuang bersama pasukan muslimin dalam perang Uhud. Nasibah hanya membawa kantong air untuk memberi minum para pejuang serta perban untuk membalut luka mereka. Namun saat Nasibah melihat kemenangan kaum muslimin yang telah digenggam tiba tiba lepas karena banyak pasukan yang tidak menaati rasullulloh,Pasukan Rasululloh meninggalkan Bukit Uhud dan beberapa mereka mengumpulkan harta rampasan Perang dan Nasibah melihat orang orang meninggalkan rasululloh, maka Nasibahpun pun maju untuk membentengi rasullulloh dari serangan orang- orang kafir kafir. Ia berjuang begitu gigih demi melindungi Rosululloh SAW, dengan sebilah pedang Nasibah ikut berperang melindungi Rosululloh . Orang orang yang tadinya meninggalkan rosululloh tercengang ketika Rosulullloh di serang oleh pasukan kafir. Keadaan semakin kacau pasukan Rosululloh banyak yang gugur. Tangan Kanan Nasibah putus terhempas pedang kaum Kafir, namun tak mematahkan semangatnya untuk tetap berjuang membela agama Alloh. Dengan lengan yang putus Nasibah mencari Rosululloh dan merasa khawatir akan keselamatan Rosululloh dan hatinya galau takut Rosululloh SAW terluka, dan tiba tiba Pedang kaum kafir menebas lehernya robohlah tubuh Nasibah ke tanah . Dan seketika itu pula langit menjadi Gelap dan mendung . Kedua pasukan yang saling bertempur terperangah melihat kejadian tersebut. Rasululloh saw pun bersabda” Kalian lihat langit tiba tiba mendung? itu adalah bayangan ribuan malaikat yang menyambut kedatangan arwah Nasibah Syahidah yang perkasa”. Subhahanalloh
READ MORE - Nasibah, Mujahidah Penghuni Surga

Monday, June 21, 2010

Pengemis dan Malaikat Maut



Dalam kitab Irsyadul ’Ibad dikisahkan seorang pengemis tua dan berbau busuk meminta-minta di depan istana raja. Pengemis itupun dipukul oleh penjaga gerbang. Akan tetapi si pengemis itu tidak mempan dipukul.
Dia berkata,”Saya malaikat maut.”
Mendengar jawaban si pengemis, penjaga gerbang lari pontang-panting.
Lalu si pengemis mendatangi gerbang kedua. Hal yang sama juga terjadi pada pengemis tersebut.”
Si pengemis dipukul tanpa rasa sakit sedikitpun, lalu berkata,”Percuma saja kamu menyiksa saya. Saya malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut nyawa kalian.
Sang penjaga pun lari tunggang langgang. Setelah melewati beberapa gerbang, akhirnya si pengemis sampai di tempat peristirahatan raja. Sang raja pun memukul pengemis tua itu.
Si pengemis berkata, ”Percuma tuan raja memukul saya.”
Sang raja berkata, ”Siapa kamu?”
Si Pengemis menjawab,”Saya malaikat maut, saya datang untuk menguji iman kalian dan akan mencabut nyawa kalian.”
Sang rajapun menyesal dan meminta maaf. Namun apa lacur penyesalan itu datang terlambat. Seluruh negeri binasa dalam kesombongan dan keangkuhan akibat ulahnya merendahkan martabat hamba Allah SWT.
READ MORE - Pengemis dan Malaikat Maut

Wednesday, June 2, 2010

Ilmu, Simbol Kejayaan Ummat

Ilmu, telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu. Hingga hampir menjadi kesepakatan setiap jawara bangsa, bila ingin maju harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah bangku-bangku sekolah didoktrin dengan kurikulum negara maju. Akan tetapi sayang seribu kali sayang, sikap ambisi meraup dan mengimport ilmu ini berlaku hanya pada masalah duniawi
Bahkan pikiran sebagian besar kaum muslimin pun tak jauh berbeda dengan kaum sekulernya. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian da’i yang mempertengkarkan tentang cap intelektual muslim pun justru menuding kolot terhadap orang yang tekun mempelajari agamanya karena terfitnah oleh kilauan dunia. Bukankah kita pernah mendengar wasiat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu :
اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ اْلآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ اْلآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاِء الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ.
“Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat akan datang menjelang, dan keduanya mempunyai anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya pada hari ini hanya ada amal tanpa hisab (perhitungan), dan besok hanya ada hisab (perhitungan) tanpa amal.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq).
Akankah kita membekali diri kita bagaikan si buta di tengah rimba belantara tak tahu apa yang akan menimpanya. Padahal bahaya itu sebuah kepastian yang telah tersedia.
Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien (agama), sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar suksesnya masa depan kita?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengumpulkan keutamaan ilmu ini dalam 13 point:
1. Bahwa ilmu dien adalah warisan para nabi Shallallaahu alaihi wa Salam, warisan yang lebih mulia dan berharga dari segala warisannya para nabi. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. (الترمذي).
“Keutamaan sesorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.” (HR. Tirmidzi).
2. Ilmu itu tetap akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, tetapi harta yang jadi rebutan manusia itu pasti akan sirna. Setiap kita pasti kenal Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, gudangnya periwayatan hadits, sehingga beliau menjadi sasaran bidik kejahatan kaum Syi’ah dengan tuduhan-tuduhan keji yang dilancarkannya terhadap diri beliau, dalam rangka menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Dari segi harta Abu Hurairah Radhiallaahu anhu memang termasuk golongan fuqara’ (kaum papa), memang hartanya telah sirna, tapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya. Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadits Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam :
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ؛ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, atau ilmu yang dia amalkan atau anak shalih yang mendoakannya.”
3. Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gedung yang tinggi dan besar untuk meletakkannya. Cukup disimpan dalam dada dan kepalanya, bahkan ilmu itu yang akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman, lain halnya dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula untuk mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.
4. Ilmu, bisa menghantarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah. Adakah yang lebih tinggi dari tingkatan ini? Inilah firman Allah Ta’ala:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran: 18).
Sedang pemilik harta? Harta sama sekali takkan menghantarkan pemiliknya sampai ke derajat sana.
5. Para ulama (Ahli ilmu syari’at), termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan supaya orang mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa: 59).
Ulil Amri, menurut ulama adalah Umara’ dan Hukama’ (Ahli Hikmah/Ahli Ilmu/Ulama). Ulama berfungsi menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Umara’ berfungsi mengoperasionalkan jalannya syariat Allah dan mengharuskan manusia untuk menegakkannya.
6. Para ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah hingga datangnya hari kiamat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ هُوَ الْمُعْطِيْ وَلاَ تَزَالُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ.
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-Bukhari).
Imam Ahmad mengatakan tentang kelompok ini: “Jika mereka bukan Ahlu Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka itu”.
7. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya:
Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam dien Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan permisalan bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
8. Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim).
9. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak orang yang (mengaku) berilmu mesti baik.
Sabda beliau Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan dia (masalah) dien.” (Al-Bukhari).
10. Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah.
11. Orang ‘alim (berilmu) adalah cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat tertunjuki jalan hidupnya. Kita tentunya ingat kisah seorang pembunuh yang menghabisi 100 nyawa. Dia bunuh seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke-100 karena jawaban bodoh dari si ahli ibadah yang menjawab bahwa sudah tak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh nyawa manusia. Akhirnya dia datang kepada seorang ‘alim, dan di sana ia ditunjukkan jalan taubat, maka diapun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya.
12. Allah akan mengangkat derajat Ahli Ilmu (orang ‘alim) di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan di akhirat akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan didakwahkannya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Mujadilah: 11 telah berfirman:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Itulah point-point penting yang bisa kita nukilkan, semoga menjadi pendorong semangat bagi orang yang bercita-cita mulia dunia dan akhiratnya. (Afifi Widodo)
READ MORE - Ilmu, Simbol Kejayaan Ummat

Thursday, May 20, 2010

Wanita Istihadzoh, Tetap Wajib Sholat

Istihadzoh adalah penyakit pendarahan pada wanita atau yang lebih dikenal dengan istilah abortus (keguguran). Pada beberapa hadits yang membicarakan istihadzoh, Rasulullah SAW memerintahkan tetap menegakkan sholat, sebab darah yang keluar tersebut bukanlah darah urat melainkan darah dari penyakit.
Setelah kita tinjau lewat ilmu kebidanan maupun tradisi masyarakat perihal abortus atau keguguran kandungan, jelas tidak sama dengan melahirkan. Artinya bahwa abortus adalah suatu penyakit. Namun untuk lebih meyakinkan lagi kiranya juga perlu kita tinjau ke dalam Al Qur’an maupun hadits.
Di dalam beberapa ayat Al Qur’an kita dapat menemukan bahwa Allah menciptakan wanita adalah untuk mengemban tugas (berfungsi) sebagai berikut :
1. Sebagai khalifah di bumi; QS. Al Baqarah : 30 dan 35
2. Berbakti kepada Allah SWT; QS. Adz Dzariyat : 56
3. Sebagai ladang, tempat menanam benih; QS. Al Baqarah : 223
4. Sebagai ibu, menyusui anak; QS. Al Baqarah : 233 dan QS. Al Ahqof : 15
5. Sebagai pakaian / perhiasan; QS. Al Baqarah : 187
6. Sebagai istri / jodoh; QS. Ar Rum : 21
7. Bahkan mungkin sebagai musuh; QS. At Taghobun : 14
Dari sekian banyaknya ayat tentang fungsi wanita, tidak ditemukan adanya ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT menciptakan wanita agar mengalami abortus. Karena abortus adalah penyakit pada alat reproduksi wanita, maka ia digolongkan sebagai penyakit alat reproduksi wanita, dalam hal ini adalah istihadzoh. Dalam hadits Bukhori disebutkan bahwa sebenarnya wanita yang bersangkutan lebih dapat membedakan darah haid terhadap darah istihadzoh; apabila datang haid berhentilah sholat dan apabila datang darah istihadzoh bersucilah dan tegakkanlah sholat.
Salah satu perbedaan darah haid dengan darah istihadzoh ialah bahwa darah haid mengandung heparin, suatu zat kimia yang mencegah pembekuan darah sehingga darah haid tidak mudah membeku, sedang darah istihadzoh tidak mengandung heparin.
Pada abad ketujuh, Rasulullah telah memberi pelajaran tentang istihadzoh, bahwa istihadzoh adalah penyakit. Pada waktu itu ilmu kedokteran belum cukup maju, belum mengetahui istihadzoh. Baru setelah abad pertengahan (lebih dari tujuh ratus tahun kemudian) ilmu kedokteran menemukan adanya penyakit pendarahan pada wanita yang kemudian dikenal dengan istilah : menorrhagia, metrorrhagia, maupun menometrorrhagia tergantung jenisnya. (Pelita Islam, Edisi 50; Pebruari 2010).
READ MORE - Wanita Istihadzoh, Tetap Wajib Sholat

Search This Blog

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites