Sunday, August 22, 2010

Ilmu Lebih Mulia Dari Pada Harta


click to create your own
Dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Membaca Al Qur’an itu amal orang-orang yang di lindungi, Shalat itu amal orang-orang yang tak berdaya, puasa itu amal orang miskin, tasbih itu amal orang perempuan, sedekah itu amal orang yang murah hati. Dan tafakkur itu amal orang yang lemah. ”Maukah Ku tunjukkan kepada kalian amal para pahlawan?” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah amal pahlawan itu?”
Beliau Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, “Mereka menuntut ilmu, karena ia adalah cahaya orang mukmin di dunia dan di akherat.

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda, “Aku adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya.”

Ketika kaum khawarij mendengar hadits di atas, mereka membenci Sayyidina Ali Kw dan berkumpullah sepuluh orang pemuka mereka. Mereka berkata,
“Kita akan menanyakan satu masalah dan melihat bagaimana Ali menjawabnya. Seandainya ia menjawab masing-masing dari kita dengan jawaban lain, tahulah kita bahwa ia orang alim sebagaimana di katakan oleh Nabi SAW.”

Seorang dari mereka datang kepada Sayyidina Ali dan bertanya, “Hai Ali mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.”
“Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
“Ilmu itu warisan para Nabi dan harta itu warisan Qarun, Syaddad, Fir’aun, dan lainnya.” jawab Sayyidina Ali. Orang itupun pergi.

Datang lagi yang lainnya, lalu bertanya seperti rekannya yang pertama. Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.”
“Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu menjagamu sedang engkau menjaga harta.” Kemudian dia juga pergi.

Datang lagi orang yang ketiga, sambil bertanya apa yang di tanyakan teman sebelumnya. Sayyidina Ali Kw menjawab,”Ilmu lebih baik daripada harta.” “Dengan dalil apa?” tanya orang itu.
Sayyidina Ali menjawab, “Pemilik harta mempunyai banyak musuh dan pemilik ilmu mempunyai banyak teman.” Orang ketiga pergi.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab, “Apabila kau belanjakan hartamu, ia akan berkurang dan jika kau amalkan ilmu mu ia akan bertambah.” Kemudian pergilah orang itu.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Pemilik harta bisa di panggil si pelit dan menjadi hina, sedangkan pemilik ilmu di panggil dengan sebutan agung dan mulia.” Orang tersebut kemudian pergi.

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab, “Pemilik harta akan di hisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat.”

Datang lagi orang yang lainnya, lalu bertanya sebagaimana teman-teman sebelumnya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Harta itu makin lama di diamkan makin bertambah usang, sedangkan ilmu tidak bisa lapuk dan usang.”

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Harta bisa membuat hati menjadi keras, sedang ilmu itu menerangi hati.”

Datang lagi orang yang lain, lalu bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya, “Dengan dalil apa?”
Sayyidina Ali menjawab,”Pemilik harta di katakan sebagai pemilik dengan sebab harta, sedangkan orang yang berilmu mengaku sebagai Hamba Allah.”

“Andaikata mereka bertanya tentang ini, niscaya akan ku jawab dengan jawaban yang lain selama aku masih hidup.” Sayyidina Ali berujar.

Kemudian datanglah semua orang yang mengajukan pertanyaan tadi lalu mereka menyerah dan mengakui kealiman Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib Karramallahu Wajhah..

Sumber Kitab Mawa’idul Usfuriyah. Karya Asy Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al Usfuri.

Search This Blog

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites